Kemaren kau kirimkan,
sebuah pesan singkat padaku.
Bahwa kau sangat rindu.
Kau ingin bertemu denganku,
ditempat biasa kau & aku berjumpa.
Diujung taman kota tempat favorit kita berdua.
Namun pesanmu,
Lagi-lagi harus ku abaikan.
Dan Lagi-lagi harus kutenggelamkan
bersama keinginan yang juga sama.
Dan saat kau meneleponku, dimalam hari,
Aku hanya mampu memandang ponselku
yang terus menerus berdering begitu saja,
tanpa ada keinginan tuk mengangkatnya.
Meski ternyata kusadari itu sakit,
karena mengabaikanmu menimbulkan sebercak luka yg pahit.
Perlu kau tahu saja,
Saat terakhir kali kau & aku berjumpa,
Aku semakin yakin dan mantap
tuk mengubah sudut pandang kita.
Mengubah alur kisah hubungan ini.
Mengubah cara kita mengelola hati.
Karena menurutku terlalu dusta.
Jika mengatakan cinta ini sejati,
Jika Mengikrarkan Cinta ini adalah suci.
Sebab sampai saat ini, kita masih saja mengumpat mereka yang menjadi pedoman langkah cinta kita.
Tanpa sedikit pun memikirkan ciri khas hubungan kita yang berbeda.
Juga tanpa memikirkan akan dibawa kemana cinta ini nantinya.
Padahal dulu itu menjadi komitmen awal kita sebelum memulai hubungan ini berdua.
Lalu...
Bukankah kita sepakat dulunya,
Bahwa kita ingin cinta yang mendekatkan diri kepada pencipta
Bukan cinta yg menjerumuskan Kedalam lembah hina.
Juga,
kita ingin cinta yang islami yang berkiblatkan pada hati nurani.
bukan cinta yang menipu diri yang menyimpang dari tuntutan nabi.
Itulah Cinta kita...
Yang bermodalkan kata manis belaka.
Namun dibelakang itu semua tersimpan segudang dusta.
Meski.. sampai detik ini kita berusaha mengingkarinya...
Perlu kau sadari...
Tiada cinta yang sebenarnya.
sebelum kita pernyatakan sebuah janji.
Yaitu janji sehidup dan semati
Yang kita persaksikan diHadapan sang rabbi.
Memang aku masih terlalu minim dalam memahami ilmu agama,
Namun bukan berarti aku buta terhadap larangan yang jelas didepan mata.
Aku hanya ingin cinta kita terjaga dari syahwat yang begitu hebat,
Juga dari ancaman cinta yang belum pantas kita memilikinya.
@j®