Ada berkas Rindu yang Hilang Tersapu.
Saat angin Melihatku duduk Termangu.
Kegundahan Jiwa Seperti mudah Terbaca.
Lewat Ekspresi Raut Muka yang Kecewa.
Aku Sampaikan pada Angin kawanku
Sebuah keinginan untuk Bertemu.
Lewat sebuah Lantunan Nada Rindu
Kutitipkan agar dapat sampai Padamu.
Wahai angin yang Berlalu.
Kau sangat Mengerti keadaan jiwaku
Meski kau memilih Menari bersama Hujan
Kemudian Membasahiku dan Meniupku.
Pijakkan kakiku tak Bergeser sedikitpun.
Wahai angin kawanku.
Kau tahu persis dimana dia Berada.
Bukankah kau yang Menghapus jejaknya.
Membuatku Bingung untuk mencarinya.
Lihat...
Sehelai daun Keringpun Menangis.
Ketika ia harus Terjatuh dari Pohon rumahnya.
Karna Perpisahan menjadi titik hidupnya.
Hingga ia Musnah dalam Kekecewaan dirinya.
Sudahlah, aku tak Tahan.
Kau bukan lagi Kawan Sejati
Yang mau Membantu dan Menyemangati.
Dan biarlah akan Kucari sendiri.
Bukan mengikut kepada arah Angin.
Namun mengikut nasehat suara hati.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar