Aku ingin memelukmu lewat puisi
dari segala sesal yang pernah ku hadirkan,
dari sebab tangisan yang kau tumpahkan sendirian,
ketika semua hanya kau pasrahkan
tanpa ada bahu yang kau temui di depan
Aku ingin memelukmu lewat puisi,
lebih erat dari genggaman akar pada ranting yang menjaga daun,
lebih lama dari usia doa kepada sepasang lengan yang selalu menuntun
dari segala sesal yang pernah ku hadirkan,
dari sebab tangisan yang kau tumpahkan sendirian,
ketika semua hanya kau pasrahkan
tanpa ada bahu yang kau temui di depan
Aku ingin memelukmu lewat puisi,
lebih erat dari genggaman akar pada ranting yang menjaga daun,
lebih lama dari usia doa kepada sepasang lengan yang selalu menuntun
Aku ingin memelukmu lewat puisi,
seperti jingga yang mengantar senja pada temaram,
seperti purnama yang terjaga diantara malam
pada rindu yang kerap menelisik diam-diam
Aku ingin memelukmu lewat puisi,
seperti rintik yang terus jatuh pada genangan,
seperti debur ombak beserta angin yang datang menenangkan
hanya aku dan kau dalam satu pusaran rasa yang enggan saling melepaskan
Aku ingin memelukmu lewat puisi,
lebih sering dari cemas yang menanti kepulangan
lebih sering dari pertemuan tanpa perpisahan
Aku ingin memelukmu lewat puisi,
dengan senyum yang kau tanggalkan pada debar
dengan raut manis yang kau lukiskan tanpa pudar,
dengan tatapan indah matamu yang penuh binar
Aku ingin memelukmu lewat puisi
Pada tiap garis lintas ingatan
pada lingkaran jemari yang sanggup menghangatkan
seperti kening pada sujud yang selalu didekatkan
seperti jingga yang mengantar senja pada temaram,
seperti purnama yang terjaga diantara malam
pada rindu yang kerap menelisik diam-diam
Aku ingin memelukmu lewat puisi,
seperti rintik yang terus jatuh pada genangan,
seperti debur ombak beserta angin yang datang menenangkan
hanya aku dan kau dalam satu pusaran rasa yang enggan saling melepaskan
Aku ingin memelukmu lewat puisi,
lebih sering dari cemas yang menanti kepulangan
lebih sering dari pertemuan tanpa perpisahan
Aku ingin memelukmu lewat puisi,
dengan senyum yang kau tanggalkan pada debar
dengan raut manis yang kau lukiskan tanpa pudar,
dengan tatapan indah matamu yang penuh binar
Aku ingin memelukmu lewat puisi
Pada tiap garis lintas ingatan
pada lingkaran jemari yang sanggup menghangatkan
seperti kening pada sujud yang selalu didekatkan
Tidak ada komentar :
Posting Komentar