WELCOME IN MY BLOG...

Terima kasih anda telah bersedia mengunjungi blog pribadi saya...Sungguh kehormatan yang begitu besar buat saya... Semoga anda bisa memberikan koment-koment yang berarti buat saya. dan semoga kita bisa belajar bersama untuk memaknai kehidupan

Salam hangat

sandri/akang john

about me

Foto Saya
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
aku adalah seseorang yang sedang mencari jati diri, dan pembekalan hidup utk menghadap sang rabb...oleh karna itu, ku selalu belajar, dan terus belajar untuk memaknai hidup,mencoba menyelesaikan permasalahan2 yang ku temui dan sharing kepada orang lain kemudian berbagi kepada orang lain mengenai pengalamanku itu... semoga apa yang ku lakukan dapat bermanfaat bagi orang lain...amien

Sabtu, 19 Desember 2015

KISAH abu hanifah ketika kecil yang menyadarkan kesombongkan

KISAH abu hanifah ketika kecil yang menyadarkan  kesombongkan 


Di masa Imam Abu Hanifah masik kecil,sekitar umur 7 tahun,terdapatlah seorang ulama yang yang memiliki ilmu luas dan tiada bandingannya pada waktu itu namanya Dahriyyah. Seluruh ulama pada waktu itu tak mampu menandinginya disaat berdebat,terutama dalam bab tauhid,oleh karena dialah yang merasa pintar,maka muncullah sifat kesombongannya bahkan na’udzubillah akhirnya ia berani mengatakan bahwa Allah itu tidak ada,sayangnya para ulamapun tak mampu mengalahkan dia dalam berdebat,lalu pada suatu pagi dikumpulkanlah para ulama disuatu majlis milik Syaikh Himad guru Imam Abu Hanifah,dan hari itu Abu Hanifah yang masih kecil hadir dimajlis itu. Maka Dahriyyah naik kemimbar dan berkata dengan sombongnya.
Dahriyah : Siapakah diantara kalian hai para ulama yang akan sanggup menjawab pertanyaanku?
Sejenak suasana hening,para ulama semua diam,namun tiba-tiba berdirilah Abu Hanifah dan berkata,
Abu Hanifah : Omongan apa ini ? maka barang siapa tahu pasti ia akan menjawab pertanyaanmu.
Dahriyyah : Siapa kamu hai anak ingusan,berani kamu bicara denganku,tidakkah kamu tahu,bahwa banyak yang berumur tua,bersorban besar,para pejabat,para pemilik jubah kebesaran mereka semua kalah dan diam dari pertanyaanku,kamu masih ingusan dan kecil badan berani menantangku!
Abu Hanifah : Allah tidak menyimpan kemuliaan dan keagungan kepada pemilik sorban yang besar dan para pejabat,dan para pembesar,tetapi kemuliaan hanya diberikan kepada al-ulama.
Dahriyah : Apakah kamu akan menjawab pertanyanku?
Abu Hanifah : Ya aku akan menjawab pertanyaanmu dengan taufiq Allah.
Dahriyyah : Apakah Allah itu ada?
Abu Hanifah : Ya ada
Dahriyyah : Dimana Dia?
Abu Hanifah : Dia,tiada tempat bagi Dia
Dahriyyah : Bagaimana bisa disebut ada bila Dia tak punya tempat?
Abu Hanifah : Dalilnya ada dibadan kamu yaitu ruh, saya tanya, kalau kamu yakin ruh itu ada,maka dimana tempatnya? Dikepalamu,diperutmu atau dikakimu?
Dahriah diam seribu basa dengan muka malu. Lalu Abu Hanifah minta air susu pada gurunya Syaikh Himad,dan ia bertanya pada Dahriyyah
Abu Hanifah : Apakah kamu yakin didalam susu ini ada manis?

Dahriyyah : Ya saya yakin disusu itu ada manis
Abu Hanifah : Kalau kamu yakin ada manisnya,saya tanya apakah manisnya ada di bawah,atau ditengah,atau di atas? 
lagi lagi Dahriyyah diam dengan rasa malu,lalu abu hanifah menjelaskan : seperti ruh atau manis yang tidak memiliki tempat,maka seperti itu pula tidak akan ditemukan bagi Allah tempat di alam ini baik di arsy atau dunia ini. Lalu Dahriyyah bertanya lagi.
Dahriyyah : Sebelum Allah itu apa dan setelah Allah itu apa?
Abu Hanifah : Tidak ada apa-apa sebelum Allah dan sesudahnya tidak ada apa-apa.
Dahriyyah : Bagaimana bisa dijelaskan bila sebelum dan sesudahnya tak ada apa-apa?
Abu Hanifah : Dalilnya ada di jari tangan kamu,apakah sebelum jempol dan apakah setelah kelingking? Dan apakah kamu akan bisa menerangkan jempol duluan atau kelingking duluan? Demikianlah sifat Allah. Ada sebelum semuanya ada dan tetap ada bila semua tiada. Itulah makna kalimat Ada bagi hak Alloh. 
Lagi-lagi Dahriyyah dipermalukan,lalu ia berkata, 
Dahriyyah : Satu lagi pertanyaanku yaitu,apa perbuatan Allah sekarang ini?
Abu Hanifah : Kamu telah membalikan fakta, seharusnya yang bertanya itu di bawah mimbar dan yang di tanya di atas mimbar. Akhirnya Dahriyyah turun dari mimbar dan Abu Hanifah naik ke atas mimbar. 
Dahriyyah : Apa perbuatan Allah sekarang? 
Abu Hanifah : Perbuatan Allah sekarang adalah menjatuhkan orang yang tersesat seperti kamu kebawah jurang neraka dan menaikan yang benar seperti aku keatas mimbar keagungan.
Maha suci Alloh yang telah menyelamatka Aqidah ahli sunnah wal jamaah melalui anak kecil.

Sumber : Kitab Fathul Majid karya Syekh Muhammad Nawawi bin Umar Al Jawi Asy Syafi’i

JENUH PASTI BERLALU

JENUH PASTI BERLALU
Kusadari diri ini kian Lelah dan Goyah.
Kuakui Semangat dulu kini Telah Patah.
Dan Kadang Kuharus selalu Mengalah.
hingga Terlihat seperti insan yang Lemah.
Aku temukan titik jenuh itu.
Berada dalam diri tanpa KuSadari...
Menghantui Hati secara Sembunyi...
Menciutkan Nyali Tanpa Kendali...
Hilang rasanya Semangat yang dulu membara.
Hilang pula Jiwa yang Kuat dan Kokoh.
Pondasiku telah Rubuh dan Runtuh.Tersisa Puing yang Retak Berkeping...
Ternyata Kerikil Kecil itu telah menJatuhkanku.
Menghempaskan kerasTubuhku.
MeRemukkan setiap Bagian Dirku...
Aku Lelah...
Aku semakin Lemah...
Kurasakan Nadiku Berdenyut Tak Biasa.
Detak Jantungku juga yang Tak Seirama.
Bahkan Penglihatan mataku Hilang begitu saja.
Rupanya KeTerpurukan itu membuatku tak sadarkan diri.
Aku hanyut dalam arus KeJENUHan pikiran ini.
Tidak dapat Mengenali dan Memahami setiap Kondisi.
Mengalir seperti air yang bergerak tiada henti.
Yaa Tuhan berikanlah kesempatan sekali lagi.
Untukku bisa meraih kembali dan mendapat pengganti. 
Lalu menjaga serta Melindungi dengan sepenuh hati.
Hingga akhirnya Tersadarlah aku dari keterpurukkan selama ini.

RAIN AND DREAM

RAIN AN DREAM

Aku temukan Puing-Puing Semangat berhamburan.
Aku kumpulkan Sisa-Sisa Mimpi disudut sepi.
Kucoba menyusun setiap bagian dengan harapan.
Kuharap temukan Secercah Cahaya untuk diri ini.
Disebuah tempat,
Dibawah Teduhan Pohon Besar,
Aku memilih tuk Bersandar
Ku urungkan Niat Hati untuk terus melangkah.
Kurapatkan kaki dengan penuh kekecewaan diri.
Sambil kulihat Langit yang terus menjatuhkan airnya.
Hingga hujan menjadi sebuah Kejadian.
Ini bukanlah yang kuinginkan...
Namun inilah kenyataan...
Sejenak aku merenungkan itu.
Aku tertahan disana cukup Lama.
Hingga kulihat Langit mulai Senja dan bergegas menutup Lembaran Harinya.
Namun air terus berjatuhan dari awan yang kian menghitam.
Cukuplah sudah...
Saatnya aku Melangkah dari Pijakkan ini,
semakin ku bertahan tentu akan semakin bosan,
Kesabaran pun akhirnya Menghilang.
Mulailah KuBerjalan tanpa Penyesalan...
Melangkahkan kaki dengan Berlari.
Walaupun Hujan tak berkesudahan.
Biarlah kehujanan menjadi akhir cerita.
Dalam hati, kuteringat moment penting.
Tentang Sebuah janji yang Terlupakan...
Tentang alasan KeTidakHadiran...
Bahkan tentang Rasa Kekecewaan...
Semua hal yang Terlewatkan dalam beberapa jam ku Tertahan...
Kutersenyum seketika...
Tiada yang perlu Kusesali dan Tiada Guna kuTangisi...
Karena disaat Kuberlari Bersama Hujan yang membasahi diri.
Kuterkenang masa kecil ketika Bermain bersama Hujan.
Sebuah Masa yang telah berlalu Lama dan teringat seketika.
Sebuah kisah masa kecil yang Penuh dengan kegembiraan.
Hujan tetaplah Hujan, dan bukanlah penghambat Kehidupan.
Hujan adalah Siraman CINTA dari Langit yang mengisyaratkan kesejukan hati.
Membangkitkan memori tentang Masa lalu yang penuh arti.
Akhirnya aku Menyadari satu hal.
Meski hari ini telah banyak hal yang Terlewatkan.
Namun kehidupan teruslah berjalan...