WELCOME IN MY BLOG...

Terima kasih anda telah bersedia mengunjungi blog pribadi saya...Sungguh kehormatan yang begitu besar buat saya... Semoga anda bisa memberikan koment-koment yang berarti buat saya. dan semoga kita bisa belajar bersama untuk memaknai kehidupan

Salam hangat

sandri/akang john

about me

Foto Saya
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
aku adalah seseorang yang sedang mencari jati diri, dan pembekalan hidup utk menghadap sang rabb...oleh karna itu, ku selalu belajar, dan terus belajar untuk memaknai hidup,mencoba menyelesaikan permasalahan2 yang ku temui dan sharing kepada orang lain kemudian berbagi kepada orang lain mengenai pengalamanku itu... semoga apa yang ku lakukan dapat bermanfaat bagi orang lain...amien

Minggu, 26 Juli 2015

KISAH SEPOTONG TULANG KEADILAN SEBAGAI PESAN DARI UMAR

KISAH SEPOTONG TULANG KEADILAN SEBAGAI PESAN DARI UMAR

Dalam sebuah kisah Sejak diangkat menjadi gubernur Mesir oleh Khalifah Umar bin Khattab, Amr bin Ash sebagai gubernur menempati sebuah istana megah yang di depannya terhampar sebidang tanah kosong berawa-rawa, Namun kemegahan istananya itu bertolak belakang dengan gubuk kecil dan reyot yang berada tidak jauh dari depan istananya.
Dalam buku kisah keadilan para pemimpin Islam tulisan Nasiruddin dikatakan, Suatu ketika Amr bin ash berpikir untuk menggusur gubuk tersebut menggantinya dengan membangun sebuah masjid agung. Hal itu dimaksudkan supaya terjadi keseimbangan antara istana sebagai refleksi dari kehidupan dunia dan masjid sebagai upaya meraih kebahagiaan akhirat.
Namun Amr bin Ash tahu bahwa tanah dan gubuk itu ternyata milik seorang nenek yahudi. Maka nenek yahudi tua pemilik tanah itu dipanggil menghadap istana untuk merundingkan rencana Gubernur Amr bin Ash.
wahai nenenk Yahudi, berapa harga jual tanah milikmu sekalian gubuknya? Aku hendak membangun masjid di atasnya.”
nenek Yahudi itu menggelengkan kepalanya, “Tidak akan saya jual, Tuan.”
“Kubayar tiga kali lipat dari harga biasa?” tanya Gubernur menawarkan keuntungan yang besar.
“Tetap tidak akan saya jual” jawab si nenek Yahudi.
“Akan kubayar lima kali lipat dibanding harga yang umum!” desak Gubernur.
Nenek Yahudi itu mempertegas jawabannya, “Tidak.”
Segera Amr menetapkan surat keputusan untuk membongkar paksa gubuk keluarga Yahudi miskin tersebut. Amr beralasan pembongkaran dilakukan untuk mewujudkan sebuah kemaslahatan yang lebih besar kepada kaum Muslimin Mesir. Nenek Yahudi pemilik tanah dan gubuk tidak bisa berbuat apa-apa menghadapi tindakan penguasa. Ia cuma mampu menangis dalam hati. Namun ia tidak putus asa memperjuangkan haknya. Ia bertekad hendak mengadukan perbuatan gubernur tersebut kepada atasannya di Madinah, yaitu Khalifah Umar bin Khattab.
Di tengah perasaan sedihnya tersebut, tiba-tiba Nenek Yahudi itu teringat akan pemimpin tertinggi umat Islam, Khalifah Umar bin Khattab yang berada di Madinah. Tanpa pikir panjang, segera dia berjalan menuju Madinah untuk meminta keadilan atas keputusan Gubernur Amr.
Begitu tiba di Madinah, nenek tersebut takjub, karena Khalifah Umar tidak memiliki istana yang megah seperti istananya Amr bin 'Ash. Bahkan nenek tersebut diterima Khalifah Umar di halaman Masjid Nabawi di bawah naungan pohon kurma saja.

"Ada keperluan apa nenek jauh-jauh dari Mesir ke sini?" ujar Umar.
Walaupun nenek Yahudi tua itu gemetaran berdiri di depan Khalifah, tetapi kepala negara yang bertubuh tegap itu menatapnya dengan pandangan sejuk sehingga dengan lancar ia dapat menyampaikan keperluannya.
Nenek itu bercerita. Sejak muda ia bekerja keras sehingga dapat membeli sebidang tanah dan membuat gubuk di atas tanah tersebut.

"Akan tetapi, wahai Khalifah Umar, sungguh sangat menyedihkan. Harta satu-satunya yang aku miliki sekarang telah sirna setelah Gubernur Amr bin 'Ash merampasnya." ujar nenek tersebut tanpa rasa takut.

Umar bin Khattab mendadak merah padam mukanya. Dengan murka ia berkata, “Perbuatan Amr bin Ash sudah keterlaluan.” Sesudah agak reda emosinya, Umar lantas menyuruh Yahudi tersebut mengambil sebatang tulang dari tempat sampah yang teronggok di dekatnya. Nenek Yahudi itu ragu melakukan perintah tersebut. Apakah ia salah dengar? Oleh sang Khalifah Umar ia menggores tulang tersebut dengan huruf alif yang lurus dari atas ke bawah, dan di tengah goresan itu ada lagi goresan melintang menggunakan ujung pedang. Kemudian tulang itu diserahkan kepada si nenek seraya berpesan,“. Bawalah tulang ini baik-baik ke Mesir, dan berikanlah pada gubernurku Amr bin Ash.”
Nenek Yahudi itu semakin bertanya-tanya. Ia datang jauh-jauh dari Mesir dengan tujuan memohonkan keadilan kepada kepala negara, namun apa yang ia peroleh? Sebuah tulang berbau busuk yang cuma digoret-goret dengan ujung pedang.
“Maaf, Tuan Khalifah.” ucapnya tidak puas, “Saya datang kemari menuntut keadilan, namun bukan keadilan yang Tuan berikan. Melainkan sepotong tulang yang tak berharga.
Umar tidak marah. Ia meyakinkan dengan penegasannya, “Hai, nenek Yahudi. Pada tulang busuk itulah terletak keadilan yang kau inginkan.”
Maka, walaupun sambil mendongkol dan mengomel sepanjang jalan, nenek Yahudi itu lantas berangkat menuju tempat asalnya dengan berbekal sepotong tulang belikat unta berbau busuk. 
kemudian tulang yang tak bernilai tersebut diterima oleh gubernur Amr bin Ash, tak disangka mendadak tubuh Amr bin Ash menggigil dan wajahnya menyiratkan ketakutan yang amat sangat. Seketika itupula ia memerintahkan segenap anak buahnya untuk merobohkan masjid yang baru siap, dan supaya dibangun kembali gubuk milik nenek Yahudi serta menyerahkan kembali hak atas tanah tersebut.
Anak buah Amr bin Ash sudah berkumpul seluruhnya. Masjid yang telah memakan dana besar itu hendak dihancurkan. Tiba-tiba nenek Yahudi mendatangi gubernur Amr bin Ash dengan buru-buru.
“Ada perlu apalagi, Nek?” tanya Amr bin Ash yang berubah sikap menjadi lembut dan penuh hormat. Dengan masih terengah-engah, Nenek Yahudi itu berkata, “Maaf, Tuan. Jangan dibongkar dulu masjid itu. Izinkanlah saya menanyakan perkara pelik yang mengusik rasa penasaran saya.”
“Perkara yang mana?” tanya gubernur tidak mengerti.
“Apa sebabnya Tuan begitu ketakutan dan menyuruh untuk merobohkan masjid yang dibangun dengan biaya raksasa, hanya lantaran menerima sepotong tulang dari Khalifah Umar?”
Gubernur Amr bin Ash berkata pelan,”Wahai Nenek Yahudi. ketahuilah, tulang itu adalah kiriman Khalifah umar,
“Tulang itu berisi ancaman Khalifah: Amr bin Ash, ingatlah kamu. Siapapun engkau sekarang, betapapun tingginya pangkat dan kekuasaanmu, suatu saat nanti kamu pasti akan berubah menjadi tulang yang busuk. Karena itu, bertindak adillah kamu seperti huruf alif yang lurus, adil di atas dan di bawah, Sebab, jika engkau tidak bertindak lurus, kupalang di tengah-tengahmu, kutebas batang lehermu.”
Nenek Yahudi itu menunduk terharu. Ia kagum atas sikap khalifah yang tegas dan sikap gubernur yang patuh dengan atasannya hanya dengan menerima sepotong tulang. Benda yang rendah itu berubah menjadi putusan hukum yang keramat dan ditaati di tangan para penguasa yang beriman. Maka Nenek yahudi itu kemudian menyerahkan tanah dan gubuknya sebagai wakaf. Setelah kejadian itu, ia langsung menyatakan masuk Islam.

Subhanallah... semoga kita bisa mengambil hikmah dari kejadian tersebut

Kamis, 09 Juli 2015

KISAH PENGEMIS YANG MERUGI.

KISAH PENGEMIS YANG MERUGI.

Kisah Seorang pengemis Ada seorang pengemis yang setiap hari berkeliaran di jalanan. Dia selalu berpikir, betapa senangnya jika ditangannya ada uang U$ 2.000. Suatu hari pengemis ini tanpa sengaja, melihat seekor anjing kecil yang lucu. Ia melihat di sekelilingnya tidak ada seorangpun, lalu ia menggendong anjing kecil ini pulang ke gubuknya & mengikatnya. Rupanya pemilik anjing adalah orang yang paling kaya di kota tersebut. Orang kaya ini sangat panik, karena anjing tersebut ras nya sangat terkenal. Lalu orang kaya ini membuat pengumuman di stasiun TV di kota tersebut, bahwa “Siapa yang menemukan anjingnya akan diberi hadiah U$ 2.000″
Keesokan harinya pengemis ini keluar utk mengemis, melihat pengumuman tsb, sang pemgemis ter-gesa-gesa pulang ke rumahnya untuk menukar anjing tersebut dengan uang. Ketika dia menggendong anjing itu ke stasiun TV, dia melihat pengumuman hadiah berubah menjadi U$ 3.000, karena orang kaya ini belum dapat menemukan anjingnya. Langkah kaki pengemis itu berhenti, setelah di piker-pikir akhirnya dia menggendong anjingnya kembali ke gubuknya. Hari ke 3, benar saja hadiahnya bertambah lagi, Hari ke 4, hadiah bertambah lagi. Hari yang ke 7, hadiahnya sdh sangat menggagetkan seluruh penduduk kota. Pada saat itu pengemis tersebut lari pulang ke gubuknya, untuk mengambil anjing itu, tapi diluar dugaan anjing kecil itu sudah mati kelaparan. Pengemis tetap jadi pengemis. Sebenarnya di dalam kehidupan, banyak kesempatan bagus, bukan karena kita tidak berjodoh mendapatkannya, tapi harapan kita terlalu tinggi. Ketika kita sudah hampir mendekati sebuah target, terkadang kita akan merubah arah mendekati target yang lebih tinggi.

”Harapan manusia bagaikan sebuah gunung merapi, jika kita tidak dapat mengontrolnya bisa-bisa akan melukai diri kita sendiri.Keinginan kita adalah sumber penderitaan yang selalu menuntut untuk terpuaskan, padahal nafsu keinginan tsb tidak bisa dipuaskan kecuali memiliki rasa puas atas apa yang sudah dimiliki.