WELCOME IN MY BLOG...

Terima kasih anda telah bersedia mengunjungi blog pribadi saya...Sungguh kehormatan yang begitu besar buat saya... Semoga anda bisa memberikan koment-koment yang berarti buat saya. dan semoga kita bisa belajar bersama untuk memaknai kehidupan

Salam hangat

sandri/akang john

about me

Foto Saya
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
aku adalah seseorang yang sedang mencari jati diri, dan pembekalan hidup utk menghadap sang rabb...oleh karna itu, ku selalu belajar, dan terus belajar untuk memaknai hidup,mencoba menyelesaikan permasalahan2 yang ku temui dan sharing kepada orang lain kemudian berbagi kepada orang lain mengenai pengalamanku itu... semoga apa yang ku lakukan dapat bermanfaat bagi orang lain...amien

Senin, 24 Juni 2013

kisah dosen cerdas vs mahasiswa



Dosen Cerdas Ada empat orang mahasiswa yang kebetulan telat ikut ujian semester karena bangun kesiangan. Mereka lantas menyusun strategi untuk kompak kasih alasan yang sama agar dosen mereka berbaik hati memberi ujian susulan

Mahasiswa A: “pak, maaf kami telat ikut ujian semester.” mahasiswa B: “iya pak. Kami berempat naik angkot yg sama dan ban angkot…nya meletus.”
Mahasiswa C: “iya kami kasihan sama supirnya…. Jadinya kami bantu dia pasang ban baru.”
Mahasiswa D: “oleh karena itu kami mohon kebaikan hati bapak untuk kami mengikuti ujian susulan.”

Sang dosen berpikir sejenak dan akhirnya memperbolehkan mereka ikut ujian susulan. Keesokan hari ujian susulan dilaksanakan, tapi keempat mahasiswa diminta mengerjakan ujian di empat ruangan yg berbeda.

“Ah, mungkin biar tidak menyontek,” pikir para mahasiswa.

Ternyata ujiannya cuma ada 2 soal. Dengan ketentuan mereka baru diperbolehkan melihat dan mengerjakan soal kedua setelah selesai mengerjakan soal pertama. Soal pertama sangat mudah dengan bobot nilai 10. Keempat mahasiswa mengerjakan dengan senyum senyum. Giliran membaca soal kedua dengan bobot nilai 90. Keringat dingin pun mulai bercucuran. Di soal kedua tertulis:

“Kemarin, ban angkot sebelah mana yang meletus..?

Dialah bidadari syurga



Dialah bidadari syurga
Kelak ku akan memilih siapa bidadari syurgaku.
Dialah yang kan ku pegang tangannya untuk kujaga dirinya dari setiap langkah kakinya
Dialah yang kan ku cium keningnya agar tersentuh hati kecilnya menambah kasih sayang kami berdua
Dialah yang kan ku puji mesra dirinya karena ialah bidadari syurga belahan jiwa utk selamanya
Dialah yang kan ku bimbing bersama mencintai allah dan rasulullah hingga yaumil qiyamah.

Belajar ikhlas Memberi dari SI KECIL



Belajar ikhlas Memberi dari SI KECIL

Seorang ayah ingin mengajarkan kepada anaknya sejak dini yang baru duduk dikelas 3SD untuk mengatur uang jajannya. Sang anak diberi uang Rp 30.000 perminggu (termasuk ongkos ojek). Biasanya uang tersebut diberikan sang ayah sehari sebelum anaknya masuk sekolah. Pada minggu pagi mereka berdua hendak jalan-jalan ke kota untuk menikmati liburan. Sebelum berangkat, tak lupa sang ayah memberikan uang jajan mingguan anaknya dengan tiga lembar uang Rp 10.000. Dan uang tersebut disimpan rapi dalam saku celananya. Ditengah keasikan sang ayah dan anaknya menikmati hari libur mereka, tiba-tiba keduanya dikejutkan dengan kedatangan seorang kakek pengemis yangg telah tua renta sambil memelas. Tak tega melihat sang kakek tua memelas, sang anak dengan sigap langsung mengeluarkan 3 lembar uang 10.000,- dari saku celana dan diberikan seluruhnya. Kontan saja kakek pengemis ini terlihat sangat senang seraya mengucapkan rasa syukur dan terimakasih yang tak terkira kepada sang anak dan ayahnya ini. Setelah si kakek tua berlalu, kemudian sang ayah bertanya;
Sayang, kenapa kamu berikan semua uangmu untuk kakek itu? Bukankah satu lembar saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya hingga nanti malam?”
lalu anak itu menjawab “Ayah..kalau kakek tua itu ikhlas menerima yang sedikit maka aku ikhlas untuk memberikan yang lebih besar!” Jawab anaknya dengan wajah tersenyum..
“DEG!!!” Hati sang ayah langsung tersentak kaget mendengar jawaban tersebut lalu ayahnya mencoba memancingnya
“Nah, terus uang jajanmu untuk seminggu ke depan bagaimana?” Tanya sang ayah mencoba menguji.
Kan aku masih punya ayah dan Ibu! Tidak seperti kakek tua itu yang mungkin hanya hidup sebatangkara di dunia ini.” Balas anaknya.
“Kenapa kamu begitu yakin kalau ayah dan Ibu akan mengganti uang jajanmu? Ayah nggak janji loh?” Kembali sang ayah mengujinya.
“Kalo ayah merasa bahwa aku adalah amanah dari Allah yang dititipkan kepada ayah dan Ibu, maka aku sangat yakin ayah dan Ibu tak akan membiarkan aku kelaparan seperti kakek tua itu..” Jawab sang anak mantap. Seakan sang ayah tak percaya dengan jawaban dari putranya hingga ia kehabisan kata-kata. Ia tak menyangka jawaban seperti itu keluar dari seorang bocah kelas 3 SD. Ia seperti sedang berhadapan dengan seorang ulama besar dan ia tak bernilai apa- apa ketika berada dihadapannya. Lalu ia berjongkok dan memegang kedua pundak anaknya..
“Sayang…ayah dan Ibu janji akan selalu menjaga dan merawatmu hingga Allah tetapkan batas umur ini. Ayah sangat sayang padamu..” Sambil kedua matanya berkaca-kaca seolah tak kuat menahan haru.. Sambil memegang kedua pipi ayahnya, sang anak membalas,
 “Ayah tak perlu berkata seperti itu. Sejak dulu aku sudah tahu bahwa ayah dan Ibu sangat mencintai dan menyayangiku. Kelak jika aku sudah dewasa aku akan selalu menjaga ayah dan Ibu, dan aku tidak akan membiarkan ayah dan Ibu hidup dijalan seperti kakek tua itu…” Dan airmata sang ayahpun tak terbendung mendengar jawaban tulus dari anaknya. Dipeluklah tubuh mungil itu dengan sangat erat. Dan kedua larut dalam haru dan kasih sayang. Anak ibarat kertas putih yang kita bisa tulis apa saja. Mari kita berdo'a agar anak keturunan kita menjadi anak yg Soleh/solehah. Peduli pada sesama, dan ikhlas berbagi. Dan sesungguhnya itu bisa kita mulai dari diri kita dulu... Pedulilah pada sesama, ikhlaslah berbagi.... InsyaAllah anak kita pun akan demikian.... InsyaAllah..

Kisah Teladan Burung Dara dan Semut



Kisah Teladan Burung Dara dan Semut
Berikut kisah (cerita) tentang Burung Dara dan Semut. Selamat membaca kisah teladan di bawah ini: Semut kecil pergi ke sungai untuk minum dan beristirahat, setelah lelah mengumpulkan makanan. Namun kaki semut terpeleset dan ia tercebur ke dalam air. Ia tidak bisa keluar sebab tidak bisa berenang. Semut hampir tenggelam. Saat itu, burung dara yang putih bersih berdiri di atas batu yang ada di air. Ia menyaksikan peristiwa yang dialami semut. Hatinya tersentuh dan ia berusaha menolongnya. Segera ia terbang ke daratan dan kembali. Pada paruhnya terdapat sebatang rumput. Rumput itu ia julurkan ke dalam air dan dihubungkan ke daratan. Semut menangkap rumput itu dan keluar dari air dengan selamat.
Beberapa hari setelah itu, burung dara hinggap di cabang sebuah pohon, berteduh dengan daun- daunnya. Dari kejauhan, seorang pemburu berjalan dan mengetahui keberadaannya. Pemburu itu berhenti, membidikkan senapannya ke arah burung dara untuk menembaknya. Burung dara tidak menyadarinya. Tapi semut yang telah ia selamatkan melihat pemburu itu dan mengetahui niatnya. Kemudian semut merambat ke tubuh pemburu. Manakala pemburu hampir melepas tembakannya, semut menggigitnya keras-keras hingga membuatnya kaget. Tubuh pemburu itu bergoyang, tembakannya melenceng dan tidak mengenai sasaran. Burung dara selamat dari tembakan pemburu itu, sebagai balasan atas kebaikannya kepada semut.
Barang siapa berbuat sebiji zarah kebajikan akan mendapatkan balasannya. Kisah (cerita) di atas mengajarkan kepada kita semua untuk melakukan perbuatan baik antar sesama sebab pasti akan ada balasan bagi siapa saja yang melakukan kebaikan dan dengan waktu yang tidak disangka-sangka.

kisah buah apel dan seorang anak kecil



Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon,memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya.Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.
Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu.
"Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."
Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang ... tetapi kau bisa mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu. "
Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih. Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang.
"Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel.
"Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku? "
"Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau bisa menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu, "kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih. Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.
"Ayo bermain-main lagi deganku," kata pohon apel.
"Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar? "
"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau bisa memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang- senanglah. " Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu. Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.
"Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu."
"Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu, "jawab anak lelaki itu.
"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel.
"Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu.
"Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini, "kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.
"Aku tak membutuhkan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki. "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu. "
"Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan Beristirahatlah dengan tenang. " Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita membutuhkan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita. Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.


TANGISAN UMAR DAN TIKAR RASULULLAH SAW



TANGISAN UMAR DAN TIKAR RASULULLAH SAW


Diriwayatkan oleh Imam Nasai bahwa pada suatu hari Umar bin Khattab bertamu ke rumah Rasulullah SAW. Setelah dipersilakan masuk, Umar mendapati Rasulullah sedang duduk di atas tikar yang terbuat dari anyaman daun kurma. Saat menjabat tangan beliau, Umar melihat pada pipi kanan kiri beliau masih terlihat guratan bekas anyaman tikar. Ketika duduk Umar tercengang saat mengamati isi rumah Rasul SAW karena hanya ada sebuah sarung yang digantungkan di salah satu sudut rumah. Di sudut lain dijumpai segenggam gandum dan sebuah bejana terbuat dari kulit. Melihat rumah Rasul yang super sederhana itu, Umar menangis. Rasul pun menanyakan gerangan yang membuat Umar menangis. Umar lalu menjawab
Bagaimana aku tidak menangis ya Rasul, aku melihat guratan anyaman yang masih membekas di pipimu. Dan di dalam rumah ini, aku hanya melihat sebuah sarung, segenggam gandum, dan bejana kulit jawab Umar. Ia menambahkan, para raja dan kaisar hidup bergelimang harta dan kemewahan di istana yang megah. Tidakkah engkau sebagai manusia pilihan Allah dapat meminta kepada Allah agar bisa hidup berkecukupan?
Rasul balik bertanya kepada Umar. Tidakkah engkau lebih senang wahai Umar, jika kita dapat memperoleh kebahagiaan akhirat, sedangkan mereka (para raja dan kaisar) memperoleh kenikmatan dunia?
Umar pun mengiyakan.Kesederhanaan Rasulullah sangat patut diteladani. Hidup beliau sangat bersahaja, tidak berlebih-lebihan, tidak bermewah-mewahan, dan tidak boros (israf). Beliau tidak pernah menumpuk harta. Juga tidak menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan dan kenikmatan duniawi. Rumah pun hanya beratapkan jerami. Makanannya yang paling mewah dan jarang dinikmatinya adalah madu, susu, dan lengan kambing. Menurut sebuah riwayat, Rasul hanya memiliki sebuah harta yang paling mewah berupa sepasang alas kaki berwarna kuning, hadiah dari Negus Abbisinia. Meskipun sudah menguasai seluruh Jazirah Arabia, namun Rasulullah SAW tetaplah seorang pribadi yang sederhana dan jauh dari kemewahan. Sepanjang hayatnya, Nabi SAW adalah orang yang konsisten pada pola hidup yang sederhana, bersih, dan sehat. Ketika beliau wafat, tidak banyak harta yang ditinggalkannya. Amru bin Harits meriwayatkan, Rasulullah SAW ketika wafat tidak meninggalkan dinar, dirham, hamba sahaya lelaki atau perempuan, dan hanya meninggalkan keledai putih yang biasa dikendarainya dan sebidang tanah yang disedekahkan untuk kepentingan orang rantau (HR. Bukhari). Sebagai umatnya, tentu kita harus banyak belajar hidup sederhana karena memang Islam tidak menganjurkan kita semua untuk hidup bermewah-mewahan, berlebih-lebihan, dan boros. (QS al-Furqan [25]: 67).

Jika jodohku



Jika jodohku begitu jauh
kapanpun siap ku menjemput
meski harus lama berlabuh
nyaliku takkan pernah luput

Jika jodohku telah menantiku
akupun telah menantikan dirinya
penantian lama aku dan dirimu
telah allah atur segala-galanya

Jika jodohku menangis disana
akupun tengah menangis disini
tisuku untuk menyapu air matanya
kusiapkan hanya untuk cinta sejati

Kalian wanita



Kalian wanita
begitu indah dipandang mata.
Menyibakkan rasa menggetarkan jiwa.
Mengundang hati untuk mencinta

Kalian wanita
mengapa tak tutupi warna
mencoba mengalihakan setiap mata
namun bsa berujung pada bencana

Maaf wanita aku sungguh tak suka
meski kau coba berkata kata
bagiku itu hanya gumaman belaka.

Maaf wanita jangan kau coba merayu
itu hanya akan membuatku malu
karena diriku seorang yang kaku

kini kau telah tahu kelemahanku
tak kan ku korbankan iman didadaku
tetap kepada allah lah yang nomor satu

jangan kau coba melangkah maju
aku kan memundurkan langkahku
jika kau terus maju medekatiku
lebih baik kini ku jauh berlalu.

Duhai Ukhty ku



Duhai Ukhty,
Jadilah engkau bunga yang tetap indah dipandang mata,
Karana akhlak & budi pekertimu
tetap TERSENYUM dalam SABARMU
walau engkau tau enok duri berada didekatmu

Terkadang perih menusuk hatimu
Namun kutahu engkau tetap bertahan
karena keyakinanmu pada Rabbmu
Jangan biarkn bungaku layu
kerana engkau mulai lelah menanti
Hingga tak tahu kapan kumbang itu datang menghampiri
Tetap jadilah bunga yang mempesona dalam senyum ramahmu

Dan jangan biarkan sembarang kumbang meyentuh
apalagi menghisap madumu manismu
Jadilah bunga yang cantik nan anggun
tetap menjaga kesuciaan diri semata karena ALLAH

Bila engkau mulai lelah,
pengaduanmu adalah ALLAH.
Menangislah agar DIA kembali memberimu kesabaran
Jangan biarkan kesabaranmu pudar dari hatimu
Sabarlah ukhty filahku sabarlah duhai ukhty
waktu kan menjawab sabarmu...

cinta dan menemu cinta



Cinta...
Arti itu cinta apa?
Begitu lama ku memikirkannya
binggung raguku masih menunggu.

Cinta ...
Adakah disini cinta
begitu lama ku mencarinya    
inginku mendapati dan pula merasainya
Cinta
apakah itu nyaman terasa
kata mereka disana nikmat tiada tara
oleh karenanya ingin sekali q mencoba
cinta
mengapa kadang sakit terasa
kata merasa disana hati perih terluka
semngatku surut kembali rasanya
cinta
inikah cinta yang ku cari-cari
beginikah rasanya cinta yang ku nanti2
ternyata memang cukup mengadukkan
seluruh isi hati.
Mengalir deras darah dalam pembuluh nadi.
Cinta
jika kau tulus, kuingin selama bersamamu
jika kau murni , kungin selalu memeliharmu
jika kau suci, kuingin selalu menjagamu
namun jika kau palsu. Tak ingin lagi ku mengenalmu
dan jia kau khianat, tak ingin lagi ku mendekat...


LAKI PEMIMPI



LAKI PEMIMPI
Aku adalah laki-laki pemimpi,
berjalan dengan satu hati
menuju tempat tersembunyi
menemukan yang ingin dicari
yaitu sebuah jati diri

Duh, sepertinya lama ku kan kembali
masih disini dalam tempatku dudukku,
tak tahu kapanku usai pekerjaanku
harapku secercah cahaya menemaniku
dalam setiap lamunanku serta mimpiku
setidaknya membuatku merasa haru.
                                       

Selasa, 11 Juni 2013

“ bunda ”



bunda
bundaku,tetaplah kau disitu
kumohon kau untuk tetap disitu
janganlah kau beranjak dari tempatmu
tunggulah aku bunda, tunggu diriku
aku pergi takkan lama dari perantaunku
kelak kan kubawa apa yang kau mau
kelak kan kuberikan apa yang kau inginkan

Tahukah kau bunda demi apakah itu semua?
Pagi hingga malam dan pagi lagi aku mencari rizky
berkelok kelok jalan yang ku lalui taklah nyaman
liku liku ujian hidup yang selalu menyurutkanku
cacian makian atas kesalahan pada pekerjaanku

Dan tahukah kau bunda demi apakah itu semua?
Tak jarang ku menangis disini ditempat sunyiku
ku luapkan emosi hingga berani untuk keluar lagi
kadang ku terjatuh, lalu ku bangkit lagi
kadang ku terluka hati, namun selalu ku tahani
kadang kupasrah, namun ku tetap berusaha.

Oh bunda, kau tercinta dan pantas dicinta
Aku takut pada gagalku untuk menghadapmu.
aku takut pada kehampaanku untuk melihatmu.
Yang ku tahu kau dengan setia duduk ditempat itu
menungguku untuk datang kembali kepadamu

Oh bunda, kau tercinta dan pantas dicinta.
Kadang ku berbohong akan kondisiku itu baik
kadang ku tersenyum namun hatiku menangis
kadang ku tertawa namun hatiku terluka.
Ku telah banyak berbuat dosa padamu bunda

bunda, kau wanita penyayang dan penyabar
kau masih menyayangiku meski ku telah dewasa
kau memaafkanku meski ku mengecewakanmu.
Ingin ku membahagiakanmu dalam hidupmu
namun kapan, kapan dan kapan saat itu tiba?

Disaat ku kembali dengan kesuksesanku
disaat ku kembali dengan keberhasilanku
dan disaat ku kembali dengan hasil kerja kerasku
ku ingin kau tetap duduk disana, menyambutku
memelukku dan demi itu semua aku lakukan
demi membuatmu TERSENYUM indah padaku.

Kisah inspiratif anak yang berbakti



Kisah inspiratif
Alkisah ada seorang ibu yang selalu memukul anaknya setiap siang hari di depan orang banyak. Namun anehnya Sang anak tidak pernah menangis dan tidak pula berkata apa-apa kepada ibunya saat dipukulnya berkali-kali. Hingga pada akhirnya Setelah sekian lama, tiba-tiba suatu hari ia menangis saat dipukul oleh ibunya. Kemudian Ketika ibunya pergi, orang- orang pun bertanya kepadanya:
"
Apa yg membuatmu menangis hari ini? Padahal selama ini kamu tidak pernah menangis saat dipukul ibumu? Bukankah ibumu memukul dengan cara yg sama seperti hari-hari kemarin?"
Anak itupun menjawab: "Aku merasa pukulan ibuku sudah mulai melemah. Ini menandakan dirinya sudah tua"

                        
subhanallah

Wanita berhijab syar’i part II



Wanita berhijab syar’i part II

Wahai dikau wanita syar'i yang dulunya selalu kumimpi
ingin kupuji kau dengan seribu bunga mawar indah ditaman syurga.
Kau begitu indah dimataku, meski kita belum pernah berjumpa
dan mungkin saja takkan berjumpa pujian itu akan tetap abadi untukmu.

Wahai dikau wanita syar'i yang dulunya sangatlah senang kumimpi
aku tahu kau begitu takut dan malu berkenalan denganku
meski begitu, itu takkan menyurutkan niat ku untuk mendekatimu
perlahan ku ingin mengenal isi hatimu, dan jangalah engkau ragu,
ku tak bermaksud mempermainkanmu, hanya saja ku ingin mengenal baik dirimu.

Wahai kau wanita syar'i yang dulunya selalu kurayu dengan rayuku.
Rupanya kau tak menyadari bahwa ku begitu mengagumimu,
hingga kutersadar rasa kagumku yang berlebihan tak dapat mengontrol emosiku
namun kau tetap saja dengan keluguanmu mengelak perasaan hatiku padamu.

Wahai wanita syar'i yang sekarang berhenti ku puja dan ku puji,
ketika ku sekarang menjauhimu itu bukan berarti ku tak suka lagi padamu
namun kungin menjaga hatiku agar tidak terlalu tergila gila pada dirimu.
Meski begitu ku berdoa untukmu agar kau menemukan laki-laki idamanmu.
Seseorang yang mencintaimu melebihi rasa suka dan kagumku pada dirimu dulu

Sabtu, 08 Juni 2013

Kisah Cinta Khalifah Ali Bin Abi Thalib Dan Fatimah Az-zahra.



Kisah Cinta Khalifah Ali Bin Abi
Thalib
Dan Fatimah Az-zahra.


Cinta sahabat Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra memang luar biasa indah, cinta yang selalu terjaga kerahasiaannya dalam sikap, kata, maupun ekspresi. Hingga konon karena saking teramat rahasianya setan saja tidak tahu urusan cinta diantara keduanya. Dan akhirnya Allah menyatukan mereka dalam sebuah ikatan suci pernikahan. Sudah lama Ali terpesona dan jatuh hati pada Fatimah, ia pernah tertohok dua kali saat Abu Bakar dan Ummar melamar fatimah. Sementara dirinya belum siap untuk melakukannya. Pada saat kaum muslimin hijrah ke madinah, Fathimah dan kakaknya Ummu Kulsum tetap tinggal di Makkah sampai Nabi mengutus orang untuk menjemputnya.Se­telah Rasulullah SAW menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar, para sahabat berusaha meminang Fathimah. Abu Bakar dan Umar maju lebih dahulu untuk meminang tapi nabi menolak dengan lemah lembut.
Lalu Ali bin Abi Thalib datang kepada Rasulullah untuk melamar, lalu ketika nabi bertanya,
“Apakah engkau mempunyai sesuatu ?”,
Tidak ada ya Rasulullah,” jawabnya.
“ Dimana pakaian perangmu yang hitam, yang saya berikan kepadamu,” Tanya Rasullah SAW lagi.
Masih ada padaku wahai Rasulullah,” jawab Ali. “Berikan itu kepadanya (Fatihmah) sebagai mahar,”.kata beliau.

Lalu Ali bergegas pulang dan membawa baju besinya, lalu Nabi menyuruh menjualnya dan baju besi itu dijual kepada Utsman bin Affan seharga 470 dirham, kemudian diberikan kepada Rasulullah dan diserahkan kepada Bilal untuk membeli perlengkapan pengantin. Dan di sisi lain, Fatimah ternyata juga sudah lama memendam cintanya kepada Kaum muslim merasa gembira atas perkawinan Fathimah dan Ali bin Abi Thalib, setelah setahun menikah lalu dikaruniai anak bernama Al- Hasan dan saat Hasan genap berusia 1 tahun lahirlah Husein pada bulan Sya’ban tahun ke 4 H. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah keduanya menikah, Fatimah berkata kepada Ali:
 
Fatimah : “Wahai suamiku Ali, aku telah halal bagimu, aku pun sangat bersyukur kepada Allah karena ayahku memilihkan aku suami yang tampan, sholeh, cerdas dan baik sepertimu”.
 
Ali :Aku pun begitu wahai Fatimahku sayang, aku sangat bersyukur kepada Allah akhirnya cintaku padamu yang telah lama kupendam telah menjadi halal dengan ikatan suci pernikahanku denganmu.”
 
Fatimah : (berkata dengan lembut) “Wahai suamiku, bolehkah aku berkata jujur padamu? karena aku ingin terjalin komunikasi yang baik diantara kita dan kelanjutan rumah tangga kita”

Ali : “Tentu saja istriku, silahkan, aku akan mendengarkanmu…­”
 
Fatimah : “Wahai Ali suamiku, maafkan aku, tahukah engkau bahwa sesungguhnya sebelum aku menikah denganmu, aku telah lama mengagumi dan memendam rasa cinta kepada seorang pemuda, dan aku merasa pemuda itu pun memendam rasa cintanya untukku. Namun akhirnya ayahku menikahkan aku denganmu. Sekarang aku adalah istrimu, kau adalah imamku maka aku pun ikhlas melayanimu, mendampingimu, mematuhimu dan menaatimu, marilah kita berdua bersama-sama membangun keluarga yang diridhoi Allah”
 
Sungguh bahagianya Ali mendengar pernyataan Fatimah yang siap mengarungi bahtera kehidupan bersama, suatu pernyataan yang sangat jujur dan tulus dari hati perempuan sholehah. Tapi Ali juga terkejut dan agak sedih ketika mengetahui bahwa sebelum menikah dengannya ternyata Fatimah telah memendam perasaan kepada seorang pemuda. Ali merasa agak sedih karena sepertinya Fatimah menikah dengannya karena permintaan Rasul yang tak lain adalah ayahnya Fatimah, Ali kagum dengan Fatimah yang mau merelakan perasaannya demi taat dan berbakti kepada orang tuanya yaitu Rasul dan mau menjadi istri Ali dengan ikhlas.

Namun
Ali memang sungguh pemuda yang sangat baik hati, ia memang sangat bahagia sekali telah menjadi suami Fatimah, tapi karena rasa cintanya karena Allah yang sangat tulus kepada Fatimah, hati Ali pun merasa agak bersalah jika hati Fatimah terluka, karena Ali sangat tahu bagaimana rasanya menderita karena cinta. Dan sekarang Fatimah sedang merasakannya. Ali bingung ingin berkata apa, perasaan didalam hatinya bercampur aduk. Di satu sisi ia sangat bahagia telah menikah dengan Fatimah, dan Fatimah pun telah ikhlas menjadi istrinya. Tapi disisi lain Ali tahu bahwa hati Fatimah sedang terluka. Ali pun terdiam sejenak, ia tak menanggapi pernyataan Fatimah.
 
Fatimah pun lalu berkata, “Wahai Ali suamiku sayang, Astagfirullah maafkan aku. Aku tak ada maksud ingin menyakitimu, demi Allah aku hanya ingin jujur padamu, saat ini kaulah pemilik cintaku, raja yang menguasai hatiku.”. Ali masih saja terdiam, bahkan Ali mengalihkan pandangannya dari wajah Fatimah yang cantik itu. Melihat sikap Ali,
 
Fatimah pun berkata sambil merayu Ali, “Wahai suamiku Ali, tak usah lah kau pikirkan kata-kataku itu, marilah kita berdua nikmati malam indah kita ini. Ayolah sayang, aku menantimu Ali”. Ali tetap saja terdiam dan tidak terlalu menghiraukan rayuan Fatimah,
 
tiba-tiba Ali pun berkata, “Fatimah, kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu, kau pun tahu betapa aku berjuang memendam rasa cintaku demi untuk ikatan suci bersamamu, kau pun juga tahu betapa bahagianya kau telah menjadi istriku. Tapi Fatimah, tahukah engkau saat ini aku juga sedih karena mengetahui hatimu sedang terluka. Sungguh aku tak ingin orang yang kucintai tersakiti, aku bisa merasa bersalah jika seandainya kau menikahiku bukan karena kau sungguh-sungguh­ cinta kepadaku. Walaupun aku tahu lambat laun pasti kau akan sangat sungguh-sungguh­ mencintaiku. Tapi aku tak ingin melihatmu sakit sampai akhirnya kau mencintaiku.”.
Fatimah pun tersenyum mendengar kata-kata Ali, Ali diam sesaat sambil merenung, tak terasa mata Ali pun mulai keluar air mata,
 
lalu dengan sangat tulus Ali berkata lagi, “Wahai Fatimah, aku sudah menikahimu tapi aku belum menyentuh sedikit pun dari dirimu, kau masih suci. Aku rela menceraikanmu malam ini agar kau bisa menikah dengan pemuda yang kau cintai itu, aku akan ikhlas, lagi pula pemuda itu juga mencintaimu. Jadi aku tak akan khawatir ia akan menyakitimu. Aku tak ingin cintaku padamu hanya bertepuk sebelah tangan, sungguh aku sangat mencintaimu, demi Allah aku tak ingin kau terluka… Menikahlah dengannya, aku rela”.
 
Fatimah juga meneteskan airmata sambil tersenyum menatap Ali, Fatimah sangat kagum dengan ketulusan cinta Ali kepadanya, ketika itu juga Fatimah ingin berkata kepada Ali, tapi Ali memotong dan berkata,
 
Tapi Fatimah, sebelum aku menceraikanmu, bolehkah aku tahu siapa pemuda yang kau pendam rasa cintanya itu?, aku berjanji tak akan meminta apapun lagi darimu,namun izinkanlah aku mengetahui nama pemuda itu.Airmata Fatimah mengalir semakin deras, Fatimah tak kuat lagi membendung rasa bahagianya dan Fatimah langsung memeluk Ali dengan erat.
 
Lalu Fatimah pun berkata dengan tersedu-sedu,“W­ahai Ali, demi Allah aku sangat mencintaimu, sungguh aku sangat mencintaimu karena Allah." Berkali-kali Fatimah mengulang kata-katanya. Setelah emosinya bisa terkontrol, Fatimah pun berkata kepada Ali, “Wahai Ali, Awalnya aku ingin tertawa dan menahan tawa sejak melihat sikapmu setelah aku mengatakan bahwa sebenarnya aku memendam rasa cinta kepada seorang pemuda sebelum menikah denganmu, aku hanya ingin menggodamu, sudah lama aku ingin bisa bercanda mesra bersamamu. Tapi kau malah membuatku menangis bahagia. Apakah kau tahu sebenarnya pemuda itu sudah menikah”.

Ali menjadi bingung, Ali pun berkata dengan selembut mungkin, walaupun ia kesal dengan ulah Fatimah kepadanya
“Apa maksudmu wahai Fatimah? Kau bilang padaku bahwa kau memendam rasa cinta kepada seorang pemuda, tapi kau malah kau bilang sangat mencintaiku, dan kau juga bilang ingin tertawa melihat sikapku, apakah kau ingin mempermainkan aku Fatimah?, sudahlah tolong sebut siapa nama pemuda itu? Mengapa kau mengharapkannya­ walaupun dia sudah menikah?”.

Fatimah pun kembali memeluk Ali dengan erat, tapi kali ini dengan dekapan yang mesra. Lalu menjawab pertanyaan Ali dengan manja,
Ali sayang, kau benar seperti yang kukatakan bahwa aku memang telah memendam rasa cintaku itu, aku memendamnya bertahun-tahun,­ sudah sejak lama aku ingin mengungkapkanny­a, tapi aku terlalu takut, aku tak ingin menodai anugerah cinta yang Allah berikan ini, aku pun tahu bagaimana beratnya memendam rasa cinta apalagi dahulu aku sering bertemu dengannya. Hatiku bergetar bila ku bertemu dengannya. Kau juga benar wahai Ali cintaku, ia memang sudah menikah. Tapi tahukah engkau wahai sayangku, pada malam pertama pernikahannya ia malah dibuat menangis dan kesal oleh perempuan yang baru dinikahinya”
 
Ali pun masih agak bingung, tapi Fatimah segera melanjutkan kata-katanya dengan nada yang semakin menggoda Ali,
Kau ingin tahu siapa pemuda itu? Baiklah akan kuberi tahu. Sekarang ia berada disisiku, aku sedang memeluk mesra pemuda itu, tapi kok dia diam saja ya, padahal aku memeluknya sangat erat dan berkata-kata manja padanya, aku sangat mencintainya dan aku pun sangat bahagia ternyata memang dugaanku benar, ia juga sangat mencintaiku…”
Ali berkata kepada Fatimah,Jadi maksudmu…???” Fatimah pun berkata,
Ya wahai cintaku, kau benar, pemuda itu bernama Ali bin Abi Thalib sang pujaan hatiku”.
 
Subhanallah, Betapa Indahnya Kisah Cinta antara Ali Bin Abi Thalib Dan Fatimah Az-Zahra. Maha Suci Allah, Dialah yang mengatur segalanya. Dialah yang telah mengatur jodoh, rezeki, pertemuan, dan maut dari setiap insan di Dunia.