WELCOME IN MY BLOG...

Terima kasih anda telah bersedia mengunjungi blog pribadi saya...Sungguh kehormatan yang begitu besar buat saya... Semoga anda bisa memberikan koment-koment yang berarti buat saya. dan semoga kita bisa belajar bersama untuk memaknai kehidupan

Salam hangat

sandri/akang john

about me

Foto Saya
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
aku adalah seseorang yang sedang mencari jati diri, dan pembekalan hidup utk menghadap sang rabb...oleh karna itu, ku selalu belajar, dan terus belajar untuk memaknai hidup,mencoba menyelesaikan permasalahan2 yang ku temui dan sharing kepada orang lain kemudian berbagi kepada orang lain mengenai pengalamanku itu... semoga apa yang ku lakukan dapat bermanfaat bagi orang lain...amien

Selasa, 20 Desember 2011

TIADA DEWA TIADA YANG BERKUASA.


TIADA DEWA TIADA YANG BERKUASA.

Dalam cerita ini, penulis akan menjelaskan bagaimana menurut pandangannya terjadi perbedaan yang sangat mencolok dalam pekerjaan profesi terutama dalam profesi di bidang kesehatan. Perbedaan itu timbul oleh karena adanya paradigma yang salah baik dari tenaga kesehatan itu sendiri maupun oleh masyarakat.
Dalam ruang lingkup profesi,terutama profesi dibidang kesehatan, dewasa ini telah terbentuk paradigm-paradigma dari persepsi yang salah, dari persepsi yang salah ini lambat laun akan menjadi sebuah karakter yang terbentuk dari lingkungan yang mengandung  paradigma yang salah tersebut, hingga akhirnya apabila hal ini terus berlangsung secara terus menerus, maka akan menjadi sebuah kebiasaan untuk membenarkan hal yang salah tersebut.

Okay,,, dalam hal ini saya akan mencoba membahas mengenai persepsi yang salah itu. Pada suatu instalasi farmasi/ apotik, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya, mereka(tenaga kesehatan/farmasis) seringkali beranggapan bahwa dokter adalah dewa, terutama dokter spesialis. Dokter adalah seseorang yang lebih tahu akan terapi pengobatan yang rasional,,, dalam hal ini memang benar, sebab seorang dokter tentunya telah mempelajari hal-hal seperti itu ketika ia menimba ilmu di universitasnya, namun perlu diketahui setiap dokter bukanlah dewa. Maksudnya tidak semua apa yang ia lakukan/ ucapkan itu berarti benar dan harus !!! ironisnya terkadang seorang dokter pun menganggap profesi kefarmasian itu adalah hal yang biasa saja dan bukan apa-apa jika dibandingkan dengannya,,, ia merasa benar akan diagnose yang dilakukannya meskipun farmasis mengatakan diagnosanya salah/ kurang rasional/kurang efektif. Yah begitulah karakter seorang dokter, dimana hal itu telah terbentuk  dari zaman dahulu kala, sebagai seseorang yang lebih tahu akan penyakit pasien ketimbang seorang farmasis. Dalam hal ini  ada benarnya juga… tapi perlu digarisbawahi, seorang dokter bukanlah siapa-siapa tanpa seorang farmasis.
Mengapa demikian ???
Menurut saya seharusnya tak perlu ada paradigma yang dapat memisahkan antara dokter dan farmasis, sebb kedua-duanya merupakan pekerjaan profesi yang membutuhkan keprofesionalan, tujuan kedua-duanya pun sama yaitu sebuah tugas mulia, memberikan pelayanan kesehatan kepada siapa saja yang membutuhkan.
                                                                        
Namun karena paradigma yang salah, membuat interaksi antara dokter dan farmasis terhalangkan oleh tembok besi yang menjulang tinggi nan kokoh.
Misalnya saja, seorang apoteker ditempat ku bekerja menganggap ucapan dokter adalah dewa, yang harus dituruti dan ia pun menginginkan setiap karyawannya tahu dan paham akan hal itu. Namun bagiku hal itu adalah hal terbodoh yang tak akan pernah kuturuti… apoteker saya bisa berkata seperti itu sebab ia berpikir tanpa dokter, apotik bukan siapa-siapa, sebab omset yang tinggi dipengaruhi oleh resep yang ditulis oleh dokter. Ini yang saya maksud dengan paradigm yang salah. sebab meskipun benar omset perbulan sebuah apotik dapat memuncak, namun bukanlah suatu alas an bagi kita untuk membenarkan apa yang selalu diucapkan oleh seorang dokter, sebab keduanya( dokter dan farmasis) toh pekerjaan profesi, tentu harus berpegang teguh pada kode etik masing-masing dan yang lebih penting lagi harus memiliki pendirian yang teguh, jika menurut kita salah maka harus berani mengatakan salah begitupula sebaliknya jika menurut kita benar maka harus berani mengatakan benar. Sebab pekerjaan ini  berhubungan dengan nyawa orang/pasien. Jadi tiada salahnya bukan untuk  saling sharing satu sama lain dalam pekerjaan itu.


Sebuah kasus
Seorang dokter umum, menuliskan dalam resepnya untuk pasiennya sebuah obat racikan puyer yang terdiri dari obat obat tablet yaitu: sanprima forte, alpara tablet, ephedrine, dll. Ketika resep diberikan kepada pasienya, sipasien lalu menebus obat tersebut di apotik. Orang apotik pun lalu melakukan tugasnya yaitu seperti biasa, melakukan peracikan di ruang peracikan,  masing-masing obat diambil sesuai yang tertera diresep setelah itu diracik menjadi satu pada blender dan dibagi menjadi beberapa bungkus sesuai resep, setelah sediaan yang diinginkan jadi, obat diserahkan sebagaimana mestinya oleh seorang farmasi yang terdiri dari aturan pakai dan khasiat obat tersebut. Dan singkatnya seperti ini dialognya antara farmasis ( F ) dan pasien ( P ).
F      : bu ini obat buat anaknya terdiri dari obat antibiotik, batuk, pilek,alergi, radang, dan demam sudah jadi satu, Diminumnya 3 x 1 bungkus setelah makan dihabiskan.
P      : sebentar mas, itu tadi ada obat batuknya yah,,, loh kenapa dikasih obat batuh, kan anak saya enggak batuk???
F      :tadi keluhanya sama dokternya apa aja bu???
P      : keluhanya, anak saya ini sakit infeksi saluran kencing / ISK, klo pileknya memang ada dan sedikit demam,  tapi batuknya gak ada…
F      :oh, tapi berdasarkan di resep bu ada kandungan obat batuknya juga yaitu dextromethorpan ( jadi pada obat alpara terdapat DMP dimana alpara adalah obat kombinasi yang terdiri dari pct, dmp, gg dll.)
P      : tapi kan anak saya itu gak batuk, koq bisa dokternya ngasih obat itu.
F      : nah saya kurang tau kalau begitu bu, yang jelas pada racikan ini memang terdapat obat batuk.

Akhirnya pasien pun kembali kepada dokternya dan terjadilah perdebatan antara dokter dan pasien yang membuat pasien hanya bisa diam mendengarkan penjelasan yang panjang dan lebar dari dokter. Setelah selesai dokter pun berpesan kepada pasien “ jika orang apotik tidak terima, segera hadapi saya”
Wah wah maksudnya apa itu… kata-katanya ibaratkan orang yang nantang untuk berkelahi/ duel..
Okey. Dari sini saya sudah melihat sisi jelek yang tampak pada dokter tersebut, lalu saya  pun berusaha membuat suasana  tidak menjadi tegang dengan memberikan pengertian dan penjelasan kepada temen-temen untuk mencueki saja omongan dari dokter tersebut. “ biarlah dokternya berkata apa, sebab  kita ini orang farmasi yang lebih tahu tentang obat, dengan pertimbangan efek farmakologi, farmakodinamik, dan farmakokinetik dari obat, sedangkan dokter tidak mempelajari hal ini, sebab hal demikian tidak masuk dalam bahasannya. Sehingga kita berhak untuk mempertahankan argument kita. Namun untuk sekarang ini kita diem saja/ lebih tepatnya mengalah saja dalam arti jangan sampai menjadi pihak yang memulai, namun pabila si dokter masih  ingin memperpanjang masalah ini, barulah kita turun tangan.”
Namun akhirnya masalah itu berhenti sampai disitu.

Paradigma yang salah tersebut biasa terjadi dan  didominasi pada sarana kesehatan seperti apotik-apotik diluar rumah sakit. Namun sarana kesehatan dirumah sakit biasanya telah terstruktur dengan baik dimana peran farmasi dan dokter benar-benar dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu permasalahan baik itu ya berhubungan dengan penyakit maupun yang berhubungan dengan organisasi di rumah sakit.
NB : setiap orang yang bekerja memiliki cirri khas masing-masing yang dapat membuatnya berkreasi,, berimajinasi dan berinovasi. Namun pabila bekerja dibawah tekanan suatu paradigm yang salah, maka ketiga hal tersebut akan hilang

  





Tidak ada komentar :

Posting Komentar